Dolar Perkasa, Berkah bagi Eksportir Mebel dan Kerajinan Tangan
JAKARTA. Penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) menjadi kabar baik bagi pelaku ekspor industri mebel dan kerajinan di Indonesia. Maklum, semakin dolar AS menguat, maka harga produk mebel dan kerajinan pun semakin tinggi di pasar ekspor.
"Yang perlu diperhatikan adalah kestabilan nilai mata uang dolar AS terhadap nilai mata uang lain,” kata Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur saat dihubungi Kontan, Minggu (08/10).
Disisi lain, penguatan mata uang dolar AS ini akan menggoda bagi pelaku ekspor bahan baku mentah, karena naiknya permintaan. “Hal ini tentu berimbas bagi ketersediaan bahan baku bagi industri hilir yaitu mebel dan kerajinan,” katanya.
Untuk mencegah ini, HIMKI mendorong pemerintah agar mengontrol ekspor bahan baku mentah sehingga tidak mengganggu pasokan material bagi pelaku industri mebel dan kerajinan.
“Kelangkaan bahan baku tentu akan mendorong kenaikan harga yang memberatkan bagi pelaku industri terutama bagi mereka di lingkup industri kecil dan menengah,” jelasnya.
Sementara itu, penguatan dolar AS ke para produsen mebel dan kerajinan tangan yang pasarnya masih fokus pada pasar dalam negeri, dampaknya tidak akan terlalu signifikan.
“Untuk pasar dalam negeri tidak ada dampak yang signifikan, kecuali apabila sudah terjadi kelangkaan bahan baku yang mau tidak mau akan turut mengerek harga. Mayoritas anggota HIMKI merupakan eksportir mebel dan kerajinan, namun bukan berarti tidak mempedulikan pasar dalam negeri,” kata Abdul.
Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Khomarul Hidayat
留言