top of page

Menjaga Daya Saing Furnitur Indonesia di Tengah Ancaman Proteksionisme AS

JAKARTA – Bagi industri furnitur Indonesia, Amerika Serikat bukan sekadar pasar utama, tetapi juga mitra penting yang selama ini menyerap lebih dari separuh ekspor nasional. Namun, belakangan ini, para pelaku industri mulai mencermati potensi tantangan baru yang muncul akibat rencana penerapan tarif impor oleh AS. Kebijakan yang diperkirakan berkisar antara 10 hingga 20 persen ini bisa berpengaruh pada daya saing produk nasional di pasar global.


Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa tarif baru ini dapat menurunkan permintaan dari konsumen AS, yang pada akhirnya berimbas negatif pada industri dalam negeri. Dengan AS menyumbang 52 persen dari total ekspor furnitur Indonesia, dampak dari tarif tersebut bisa terasa luas, mulai dari pengurangan pesanan hingga potensi pemutusan hubungan kerja di sektor padat karya ini.


Sobur menegaskan bahwa langkah antisipatif sangat diperlukan agar industri tetap bertahan dan kompetitif. Menghadapi tantangan ini, HIMKI telah menyiapkan berbagai strategi yang melibatkan kerja sama erat dengan pemerintah Indonesia. Salah satu langkah utama adalah negosiasi perdagangan dengan AS guna mendapatkan perlakuan preferensial bagi produk Indonesia.


Selain itu, HIMKI mendorong pemerintah untuk memberikan insentif bagi eksportir melalui pengurangan pajak impor bahan baku dan subsidi bagi industri yang mengadopsi teknologi produksi lebih efisien. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menekan biaya produksi dan mempertahankan daya saing di pasar internasional.


Selain fokus pada negosiasi perdagangan dan insentif, HIMKI juga melihat diversifikasi pasar sebagai strategi jangka panjang yang penting. Mengurangi ketergantungan pada AS dengan memperluas pasar ke negara lain seperti India, Tiongkok, dan Timur Tengah menjadi prioritas.


Dalam dua tahun terakhir, HIMKI aktif menyelenggarakan pameran di berbagai negara tersebut guna menciptakan peluang baru bagi produk furnitur dan kerajinan Indonesia. Langkah ini diyakini dapat membuka peluang ekspor yang lebih stabil dan berkelanjutan bagi industri dalam negeri.


HIMKI juga menekankan pentingnya diplomasi ekonomi dengan menggandeng Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri. Upaya ini bertujuan untuk memperluas akses pasar dan mengatasi hambatan perdagangan yang bisa muncul akibat kebijakan proteksionisme.


Di sisi lain, penguatan pasar domestik juga menjadi fokus HIMKI melalui program Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Sobur menilai bahwa potensi pasar dalam negeri masih besar dan bisa dioptimalkan dengan dukungan kebijakan pemerintah terhadap produk lokal. Untuk memastikan daya saing industri, HIMKI mendorong pemerintah memberikan subsidi bagi peremajaan teknologi dan peningkatan produktivitas.


“Langkah-langkah yang kami usulkan mencakup negosiasi perjanjian perdagangan preferensial dengan AS, pemberian insentif kepada eksportir melalui pengurangan pajak impor bahan baku, serta modernisasi teknologi produksi guna meningkatkan efisiensi,” ujar Sobur dalam percakapan dengan PosSore Selasa (28/1) kemarin.


HIMKI juga menekankan pentingnya diplomasi ekonomi dengan menggandeng Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri. Upaya ini bertujuan untuk memperluas akses pasar dan mengatasi hambatan perdagangan yang bisa muncul akibat kebijakan proteksionisme.


Sementara itu, di tengah dinamika perdagangan global, Indonesia telah menandatangani perjanjian kemitraan komprehensif dengan Kanada. Kesepakatan yang dirampungkan setelah dua setengah tahun negosiasi ini diharapkan membuka akses pasar lebih luas bagi produk Indonesia, termasuk furnitur, serta memperkuat kerja sama bilateral di sektor pertanian, teknologi bersih, dan infrastruktur.


Dalam lima tahun terakhir, hubungan perdagangan Indonesia-Kanada menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan sebesar 11,24 persen, mencapai US$3,4 miliar pada 2023. Ekspor Indonesia ke Kanada meliputi perangkat telepon, karet alam, dan koper, sementara impor dari Kanada terdiri dari gandum, pupuk, dan bubur kayu.


Di forum internasional, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, juga menyoroti daya tarik Indonesia bagi investor AS dalam diskusi panel yang diselenggarakan oleh US-ASEAN Business Council di Washington. Ia menegaskan komitmen Indonesia untuk terus memperkuat kerja sama ekonomi dengan AS di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yang menargetkan pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar delapan persen.


Meski menghadapi tantangan besar, HIMKI tetap optimistis bahwa industri mebel dan kerajinan Indonesia mampu mempertahankan daya saing globalnya. Melalui sinergi antara pelaku industri, pemerintah, dan mitra internasional, HIMKI berkomitmen untuk terus mendorong pertumbuhan sektor ini di tengah ketidakpastian ekonomi global.

(PosSore-aryodewo)

4 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page