top of page

Pelaku Industri Rotan Tertekan Penyelundupan Bahan Baku


Suasana Pameran Furnitur Internasional (Ifex) 2023 yang digelar di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (9/3/2023).
Suasana Pameran Furnitur Internasional (Ifex) 2023 yang digelar di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (9/3/2023).

JAKARTA, KOMPAS — Penyelundupan rotan mentah menimbulkan ketidakpastian pasokan bahan baku bagi pelaku industri furnitur dalam negeri. Imbasnya, pelaku industri mebel ragu-ragu dalam memperluas pasar ekspor di tengah penurunan permintaan pasar dunia.


Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan, pasokan bahan baku untuk industri furnitur dan kerajinan berbahan baku rotan menurun 8-10 persen. ”Suplai bahan baku rotan terkendala dengan maraknya penyelundupan,” katanya saat ditemui setelah pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Ke-3 HIMKI, di Jakarta, Rabu (30/8/2023).


Sebelumnya, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22 Tahun 2023 tentang Barang yang Dilarang untuk Diekspor memasukkan rotan ke dalam daftar barang yang dilarang ekspor. Bentuk rotan yang tidak boleh diekspor mencakup jenis yang utuh ataupun inti terbagi dengan kode HS 1401.20.10, diameter tidak melebihi 12 milimeter (kode HS 1401.20.21), kulit terbagi (kode HS 1401.20.30), serta lain-lain (kode HS 1401.20.29 dan 1401.20.90).


Sobur mengatakan, terdapat tujuh titik penyelundupan yang ditemukan. Ketujuh titik itu tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Tenggara. Dia menduga rotan yang diselundupkan lewat Kalimantan bergerak ke Malaysia lalu diekspor ke China. Rotan yang diselundupkan lewat Sumatera dialirkan ke Singapura dan diekspor ke sejumlah negara, sedangkan yang melewati Nusa Tenggara dikirim ke Timor Leste. Menurut dia, penyelundupan ini terjadi lantaran 80 persen pasokan rotan di dunia ada di Indonesia.

Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur saat ditemui setelah pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Ke-3 HIMKI, di Jakarta, Rabu (30/8/2023).
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur saat ditemui setelah pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Ke-3 HIMKI, di Jakarta, Rabu (30/8/2023).

Karena ketidakpastian pasokan bahan baku itu, dia menilai, pelaku industri furnitur berbasis rotan ragu-ragu mencari pasar ekspor alternatif di tengah penurunan permintaan dunia, khususnya dari Eropa dan Amerika Serikat. Imbasnya, ekspor furnitur rotan terkontraksi sekitar 22 persen dalam setahun terakhir.


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor dari industri furnitur sepanjang Januari-Juli 2023 sebesar 1,23 miliar dollar AS. Angka ini anjlok 29,9 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.

Akibat penyelundupan bahan baku tersebut, Sobur memperkirakan Indonesia tidak dapat menikmati nilai tambah dari industri furnitur berbasis rotan yang berkisar 400 juta dollar AS dalam setahun terakhir. Angka tersebut setara dengan keterlibatan 70.000 tenaga kerja.


Selain karena penyelundupan, dia juga menduga penurunan pasokan bahan baku disebabkan oleh berkurangnya lahan hutan rotan akibat alih fungsi menjadi pertambangan terbuka (open pit) batubara dan perkebunan kelapa sawit. Hal itu tampak dari penurunan rotan basah yang mencapai di atas 20 persen.


Sementara itu, Dede, anggota HIMKI sekaligus pelaku industri rotan asal Cirebon, Jawa Barat, menghampiri Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dan menyatakan membutuhkan jaminan pasar. Karena pelaku industri mebel tidak berani memesan pasokan rotan yang menjadi bahan baku imbas lesunya pasar. Dampaknya, terdapat pihak lain yang menyelundupkan rotan tersebut. Jika pasar ekspor mampu digenjot, bahan baku rotan pun dapat diserap pelaku industri.


Ketua Dewan Pembina HIMKI Soenoto mengatakan, situasi industri mebel rotan di Cirebon ”sunyi senyap”. Oleh sebab itu, pelaku industri mebel mengharapkan jaminan pasar, khususnya ekspor, dan bimbingan teknis. Jaminan pasar dapat berupa akses ke pameran.


Menanggapi pernyataan mengenai industri berbasis rotan itu, Agus menyayangkan terjadinya penyelundupan. ”Kita sudah menutup ekspor (rotan) supaya pelaku industri mendapatkan bahan baku yang cukup,” katanya saat ditemui setelah pembukaan Munas HIMKI, Rabu (30/8/2023).


Oleh sebab itu, Agus mengharapkan aparat penegak hukum mencermati situasi di lapangan karena dia mendapatkan laporan mengenai sejumlah jalan tikus yang membuat bahan baku rotan keluar sehingga tidak bisa dimanfaatkan oleh industri dalam negeri. Nilai tambah dari rotan itu pun tidak bisa dinikmati Indonesia karena diolah di luar negeri.


Oleh: M PASCHALIA JUDITH J

Editor: MUHAMMAD FAJAR MARTA

35 tampilan0 komentar

Comentarios


bottom of page