Produktivitas Industri Mebel dan Kerajinan Nasional Perlu Ditopang Mesin Teknologi Canggih
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) ke depan akan melakukan lima langkah strategis sebagai upaya penguasaan pasar serta menanggapi tren ekspor industri furnitur yang menurun.
Kelima upaya itu memfasilitasi ketersediaan bahan baku, fasilitasi ketersediaan SDM trampil, fasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar. Kemudian memfasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk serta fasilitasi iklim usaha kondusif dan peningkatan investasi.
“Terkait belum membaiknya pasar ekspor tradisional terdampak resesi ekonomi global, maka Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan (HIMKI) perlu upaya pengalihan ke pasar domestik dan perluasan tujuan ekspor ke pasar non-tradisional (India, Timur Tengah),” kata Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, saat membuka Rapat Kerja Nasional HIMKI 2024, yang sambutannya dibacakan oleh Dirjen Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, di Jakarta, Jumat (16/2).
Semua program tersebut, menurutnya, diintensifkan sebagai wujud keberpihakan pemerintah. Sehingga industri furnitur dalam negeri dapat berdaulat, maju, dan berdaya saing.
“Selain terus meningkatkan pasar ekspor, pelaku industri furnitur juga diharapkan tidak meninggalkan pasar dalam negeri. Karena dengan inovasi-inovasi produksi yang lebih efisien, maka konsumen dalam negeri juga akan dapat menikmati produk furnitur berkualitas karya anak bangsa,” ucap Agus.
Lebih lanjut Menperin menambahkan, dengan semakin tingginya environmental awareness dari konsumen, furnitur diharapkan dapat memacu pelaku industri untuk terus melakukan perbaikan-perbaikan dalam produksi. Sehingga bisa lebih efisien, bersumber dari bahan baku lestari, ramah lingkungan, penerapan circular economy, berperan dalam penurunan emisi gas rumah kaca. Namun tetap dapat menghasilkan produk berbasis eco-design.
“Saya menyampaikan apresiasi kepada HIMKI sebagai asosiasi industri furnitur dan kerajinan, yang terus bersinergi dengan pemerintah dan asosiasi lainnya, dalam pencapaian target nilai ekspor dan upaya memenuhi kebutuhan dalam negeri atas produk furnitur dan kerajinan,” tutup Agus.
Perbaiki daya saing
Sementara Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur, ketika ditanya wartawan menegaskan, HIMKI kini dan ke depan perlu mulai memperbaiki strategi daya saingnya. Karena itu pihaknya memilih tema Rakernas ‘Pentingnya Meningkatkan Daya Saing Industri Mebel dan Kerajinan Sebagai Kebijakan Prioritas untuk Mendukung Tercapainya Target Ekspor 5US$ Miliar’.
“Mulai hari ini dan ke depan penting memperbaiki daya saing industri mebel dan kerajinan nasional. Dalam kondisi krisis, persaingan itu makin ketat. Untuk itu kami angkat tema ini,” katanya.
Menurut Sobur, saat ini Vietnam tetap perkasa untuk industri ini, begitu juga Malaysia. Di sisi lain ekspor China mengalami penurunan. Namun kalau dicermati secara dalam, justru China lah yang sangat perkasa. Memang, data menunjukkan, China mengalami penurunan dari 85US$ miliar ke 70US$ miliar – turun 15US$ miliar. Tapi China ini pintar, China merelokasi industri mebelnya ke Vietnam, sehingga Vietnam lah yang mengekspor. Lebih dari 600 perusahaan China melakukan relokasi ke Vietnam.
“Jadi, kalau kita lihat sekarang, pertumbuhan China yang sangat signifikan, sesungguhnya itu adalah pertumbuhan Vietnam. Di mana di dalamnya adalah China. China memilih Vietnam karena mereka berbatasan langsung secara daratan,” urai Sobur.
Yang terjadi di Malaysia, lanjutnya, juga sama seperti Vietnam. Di mana China mendekati Malaysia dengan relokasi industri, walaupun tentunya tidak semasif Vietnam. Tapi penggunaan teknologi canggih yang dipakai oleh China dan otomatis dipakai di Vietnam, sekarang juga dipakai di Malaysia.
“Untuk itu, kita minta Kemenperin untuk mendorong subsidi pada peremajaan teknologi. Peremajaan itu artinya kita bawa ke arah teknologi yang canggih. Supaya ada produktivitas dan standarisasi. Inilah yang harus kita lakukan. Produktivitas kita harus didorong dengan hadirnya mesin-mesin berteknologi canggih,” tegas Sobur.
Soal investasi, Sobur menilai, adalah tidak mudah menarik investasi China masuk ke Indonesia selama Vietnam dan Malaysia belum penuh. Hal ini tentu karena adanya kendala secara geografis. Tujuan ekspor mereka ke daratan itu lebih mudah. Kalau dari Indonesia kan harus melewati laut, berapa lama? Cost-nya lebih tinggi. Begitu penuh di sana, mungkin mereka akan masuk ke Laos terlebih dulu atau ke tempat lain yang berbatasan langsung daratannya.
“Namun begitu, HIMKI tetap optimis dengan industri ini akan mengalami pertumbuhan. Kita memiliki pameran IFEX. Kita mobilisasi buyer masuk dari pasar non-tradisional seperti India, Middle East kita tarik ke sini. Karena penurunan ekspor ini terjadi di pasar tradisonal, seperti Amerika dan Eropa. Untuk itu, kami kerja sama dengan Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri untuk mendukung perluasan ke pasar non-tradisional. Kita juga akan membuat gerai-gerai yang permanen di sana. Mereka pun siap,” ungkap Sobur.
India menjadi salah satu tujuan dengan pertumbuhan penduduk yang masif. Bahkan nomor satu sekarang dan bukan negara produsen seperti China, India adalah pasar yang menjanjikan. Kita akan planning dalam waktu 5-10 tahun. Dari tahun kemarin kita sudah mulai jajaki ke sana.
Tetap tumbuh
Sekjen HIMKI, Maskur Zaenuri, menambahkan meskipun kondisi perekonomian dunia belum pulih akibat kondisi geopolitik, ternyata permintaan terhadap produk mebel dan kerajinan masih terus tumbuh dengan pemasok utama China yang saat ini memimpin sebagai eksportir terbesar produk mebel dunia.
“Kami berharap, walaupun ekspor mebel dan kerajinan sedang menurun, pameran IFEX yang akan digelar pada akhir Februari sampai awal Maret 2024 bisa menahan laju penurunan ekspor. Karena itu, penyelenggaraan IFEX sangat penting,” ujarnya.
Comments